1. Bagaimana hukumnya jika
pada waktu siang di bulan romadhon melakukan jima’ dengan istri akan tetapi
batalnya puasa pada hari itu bukan karena jima’ tetapi karena hal lain. Apakah
masih tetap harus mengganti puasa 2 bulan penuh? (Fayyad Sarqowi HTQ)
Jawab:
Hukum jimaknya tetap haram karena tidak menghormati bulan
romadhon akan tetapi dia tidak berkewajiban menggantinya dengan puasa 2 bulan
penuh dengan terus menerus. Karena puasanya batal bukan karena jima’ akan
tetapi perkara lain. Dia hanya kewajiban mengganti puasanya yang batal saja.
(Kasyifatus Saja’ : 196).
2. Mengapa di bulan
Romadhon banyak orang meninggalkan sholat tarawih. Tetapi mengapa di waktu
sholat Idul Fitri banyak orang-orang berbondong-bondong untuk mengikuti sholat
Idul Fitri? Apkah sholat tarawih dan sholat Idul Fitri hukumnya berbeda? (Nindi
Kurniawati SM 6)
Jawab :
Jikalau anda bertanya tentang kebiasaan malas sholat tarawih dan semangat saat sholat Id tentu jawabannya ada pada diri masing-masing. Bisa jadi malas sholat tarawih karena 20 rakaat yang bikin capek dan sholat Id yang semangat karena menjual muka/mejeng atau mungkin karena ketidaktahuan tentang utamanya sholat tarawih.
Jikalau anda bertanya tentang kebiasaan malas sholat tarawih dan semangat saat sholat Id tentu jawabannya ada pada diri masing-masing. Bisa jadi malas sholat tarawih karena 20 rakaat yang bikin capek dan sholat Id yang semangat karena menjual muka/mejeng atau mungkin karena ketidaktahuan tentang utamanya sholat tarawih.
Adapun hukumnya sholat
tarwih dan sholat idul Fitri ialah sama-sama sholat sunnah muakkad yang cara mengerjakannya
lebih utama berjamaah.
3. Seumpama kita tinggal
di antara 2 kelompok besar Islam
(Muhammadiyyah & NU). Tetapi saat hari raya terkadang Muhammadiyyah lebih dahulu
hari rayanya. Jadi bagaimana puasanya untuk warga NU. Tetap wajib berpuasa apa tidak dan jika puasa
bagaimana hukumnya ? (Fatkhurrohman Asyam R. SK)
Jawab :
Warga NU tetap wajib dan sah berpuasa jika memang hari
raya orang muhammadiyyah ditetapkan hanya dengan Hisab buka rukyatul hilal
(melihat hilal) dab puasa waktu itu belum mencapai 30 hari. Semua ini bentuk
pengalaman dari sabda Nabi : Berpuasalah kalian ketika melihat hilal dan ifthor
(jangan berpuasa /berhari raya) karena melihatnya. Apabila awan menutup hilal
atas kalian maka sempurnakanlah bilangan bulan 30 hari (I’anatut Tholibin Juz 2
Hal : 215).
4. Seandainya tetangga
saya ada yang meninggal dunia tepai orang yang meninggal dunia itu belum
berzakat dan puasanya tidak penuh. Apakah keluarganya harus menzakati dan
mengganti puasanya (Nita Fitriatul Rizka SD 3)?
Jawab :
Apabila tanggungannya
zakat harta (mal) yang sudah mencapai
nisab dan satu tahun (haul) maka keluarnya wajib berzakat atas nama mayyit yang
diambil dari harta si mayyit yang wajib dizakati. Apabila zakat fitrah maka
keluarganyapun wajib menzakati jika si
mayit meninggal nya setalah tenggelamnya matahari dio hari terakhir bulan
ramadhan. Adapun perihal mengqodhoi puasanya hukumnya khilaf :
a. Menurut Qoul Qodim –nya
Imam Syafi’i keluarga si mayit berkewajiban mengganti puasa yang ditinggalkan
mayit.
b. Menurut Qoul Jadid
beliau puasa orang yang meninggal tidak bisa diganti dengan puasa. Akan tetapi
bisa diganti dengan makanan pokok
sebesar satu mud (679.79 Gram).