1-
Mengapa dalam
memutuskan masalah kita harus mengikuti para imam, bukan langsung dari
al-qur’an sendiri? Padahal bisa dikatakan kalau para imam tersebut sering
berbeda pendapat. Selain itu, kita juga sudah berpegang teguh pada al-qur’an.
Jawaban:
dalam memutuskan masalah kita tidak harus mengikuti imam tertentu, Kecuali
kalau kita tidak mampu untuk memutuskan masalah tersebut dengan cara mencarinya
sendiri dalam alquran & alhadist. Karna tak semua hukum terpampang jelas
dalam alqur’an & alhadist. Satu conto konkrit, tolong anda sebutkan
keterangan dalam alquran atau hadist, bahwa sholat dzuhur itu 4 rokaat. Saya yaqin
anda & siapaun tak akan mampu menjawab. Jika anda menjawab rosulullah
bersabda: “sholatlah sebagaimana kamu melihat aku sholat” dan sholat dzuhur
beliau itu 4 rokaat. Aku tanya pada anda: pernahkah anda melihat rosulullah
sholat??? Jawabannya pasti anda tahu karna anda mengikuti penjelasan orang
‘alim kan... Oleh karnanya saat kita
tidak tahu akan hukum tentang sesuatu kita harus mengikuti pendapat imam yang lebih
tahu untuk kita ikuti. Dan perlu diketahui bahwa mengikuti seorang imam yang
lebih tahu disaat kita tidak tahu, hukumnya adalah wajib. Karna itu adalah
perintah Allah dalam alquran. Allah berfirman:
فَاسْأَلوا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُون
Artinya:
“Bertanyalah kalian semua kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu
tidak mengetahui.” Q.S. an-Nahl: 43: selain itu mengikuti seorang imam itu sama
halnya dengan mengikuti alquran karna penjelasan yang beliau sampaikan itu
bersumber dari alquran.
Mengenai mengikuti alquran secara
langsung tidak semua orang mampu untuk itu. Karna dalam memahami alquran
sebelum mengikutinya membutuhkan banyak memahami ilmu yang lain seperti ilmu
badi’, ilmu mantek, ilmu balaghoh, ilmu lughot serta masih banyak lagi. Kita
lihat saja sejarah. Anda tentu tahu bahwa rosulullah adalah orng yang menerima
wahyu alquran, juga orang yang pertama kali mengikuti dan mengamalkan alquran.
namun apa rosulullah memahami alquran itu sendirian? Jawabnya tentu “TIDAK”.
Rosulullah sebagai pembawa alquran, dalam memahaminya saja butuh bimbingan dari
Allah baik secara langsung maupun melalui Jibil.a.s. Para sahabat dalam
memahami alquran butuh bimbimgan rosulullah. Berikutnya generasi tabi’in, para
tabi’in dalam memahami alquran butuh bimbingan para sahabat. Hingga sampailah
para imam & para ulama’, mereka semua dalam memahami alquran butuh
bimbingan guru-gurunya yang kalau di telusuri secara berantai maka bimbingan
itu akan berpusat kepada rasulullah dari Jibril dari Allah. Sekarang cobalah
kita bertanya kepada diri sendiri & semua orang disekitar kita, siapa
kiranya diantara kita yang mampu memahami alquran lalu mengikutinya secara
otodidak??? Jawabnya tentu “TIDAK ADA”. Oleh karna itulah mengikuti pendapat
para imam lebih mudah untuk kita semua yang yang belum mampu memahami alquran
sendiri(tanpa mengikuti imam).
Mengenai perbedaan pendapat para imam,
itu adalah hal yang wajar & tidak dilarang oleh agama selama perbedaan itu
tidak pada hal-hal yang bersifat prinsipil dalam agama(ushul). Karna perbedaan
pendapat itu memang sudah dikenal sejak awal islam bahkan diketahui oleh
rosulullah. Para sahabat sebagai murid rosulullah langsung juga sering beda
pendapat. Bahkan rosulullah sendiri melegalkan perbedaan pendapat tersebut.
Rosulullah bersabda:
من حديث ابن عباس مرفوعا
اختلاف أصحابي رحمة
Dari
ibnu abbas secara marfu’ dari rosulullah: perbedaan sahabatku adalah rahmat.
HR.Baihaqi. Sesuai sabda nabi perbedaan pendapat adalah rahmat, maka perbedaan
para imam justru lebih memudahkan kita untuk mengikuti pendapat yang paling
cocok untuk kondisi kita. Alhasil islam memprbolehkan beda pendapat selama
pendapat-pendapat tersebut memiliki dasar dari alquran atau hadist dan diambil
dengan pemahaman yang tepat & benar. Hanya saja islam tidak mengajarkan
menyesatkan orang lain ketika tidak sependapat.
Masalah kata-kata pertanyaan anda di atas “Selain
itu, kita juga sudah berpegang teguh pada al-qur’an” saya
jadi ingin bertanya kepada anda. Seberapakah perbuatan anda sesuai dengan
alquran? Sudahkah anda menjauhi ma’siat sesuai perintah alquran? Sudahkah anda
taat beribadah sebagaimana perintah alquran? Lalu sudah pantaskah anda mengaku
berpegang teguh dengan alquran? Kita memang harus berpegang teguh dengan
alquran, namun mengkuti pendapat seorang imam bukan berarti kita tidak
mengikuti alquran. Karna pendapat para imam hasil pemahaman dari alquran dan
juga tidak bertentangan dengan alquran. Dengan demikian, maka mengikuti
pendapat imam itu sama halnya dengan mengikuti alquran. Wallahu a’lam...
2-
Apa
dalam memilih seorang imam kit harus selalu mengikuti imam yang sebelumnya
telah diikuti oleh orang tua & sesepuh kita? Apalagi ketika masih bayi, apa
seorang bayi telah dikatakan mengikuti imam padahal dia tidak tahu apa-apa?
Lagi pula, maaf, belum tentu imam yang diikuti orang tua & sesepuh kita itu
benar. Apalagi banyak perbedaan diantara imam tersebut.
Jawaban: dalam memilih seorang imam kita tidak harus mengikuti imam yang
telah diikuti oleh orang tua & sesepuh kita. Namun kita wajib memilih imam
yang pendapatnya tidak menyalahi alquran & alhadist, dan juga tidak
bertentangan dengan ajaran rasulullah & para sahabat. Ada hal yang perlu
saya sampaikan kepada anda bahwa akhir-akhir ini gerakan anti madzhab(anti
mengikuti ulama’) menjamur. Mereka sering mengkritik apa yang telah dibenarkan
para imam jaman dahulu, seperti mengharamkan ziarah kubur, tawasshul, yasinan,
peringatan maulid nabi & semacamnya. Dalam membenarkan pendapatnya mereka
juga mengutip ayat alquran juga hadist. Namun tahukah anda, jika mereka
sebenarnya belum ahlinya untuk memahami alquran secara langsung karna belum
menguasai ilmu-ilmu terkait lainnya. Oleh karnanya apa yang mereka sampaikan
hampir 100% bertentangan dengan apa yang telah disampaikan para imam jaman
dahulu(salaf) seperti Imam Syafi’i, Imam Chanafi, Imam Maliki & Imam Hambali.
Anak yang masih bayi belum mengikuti imam
siapaun. Karna dia belum kena kuwajiban apa-apa. Termasuk wajibnya mengikuti
pendapat ulama’/imam. Karna wajibnya mengikuti ulama’ atau imam itu bagi orang
dewasa yang tidak mampu memahami hukum-hukum yang terkandung dalam tiap kata
& ayat yang ada pada alquran dengan benar.
Mengenai para imam belum tentu benar, memang
seperti itulah para imam yang notabenenya manusia biasa yang tak luput dari
hilaf & salah. Namun apakah jika anda mengikuti alquran secara langsung
dengan pemikiran anda, andalah yang pasti benar? Ataukah pendapat selain para
imam itulah yang pasti benar? Tentu jawabnya adalah “TIDAK JUGA”. Perlu anda
tahu bahwa alquran memang pasti benar, namun pemahaman manusia terhadap alquran
belum tentu benar. Apalagi jika memahaminya tidak didukung dengan keilmuan yang
memadai, maka bisa di pastikan dia akan salah dalam memahami alquran. Perlu
saya sampaikan juga disini, bahwa para imam yang sudah memiliki keilmuan yang
memadai dalam memahami alquran dia akan tetap mendapatkan pahala sekalipun dalam
menyimpulkan penjelasan yang mereka fahami dari alquran terjadi kesalahan. Hal
ini sesuai dengan sabda nabi:
الإبانة الكبرى لابن بطة - ج
2 / ص 213
حدثنا أبو بكر عبد الله بن محمد بن زياد النيسابوري ، قال : حدثنا
محمد بن يحيى ، قال : حدثنا عبد الرزاق ، قال : أخبرنا معمر ، والثوري ، عن يحيى
بن سعيد ، عن أبي بكر بن محمد ، عن أبي سلمة ، عن أبي هريرة ، قال : قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم : « إذا اجتهد الحاكم فأصاب فله أجران اثنان ، وإذا اجتهد
فأخطأ فله أجر واحد»
Artinya: bercerita hadist pada kami Abu Bakar
Abdullah bin Muhammad bin Ziyad Annaisaburi, beliau berkata: bercerita hadist
pada kami Muhammad bin Yahya, beliau berkata: bercerita hadist pada kami Abdur
Rozzaq, beliau berkata: memberitahu hadist pada kami Ma’mar & Assauriy,
dari Yahya bin Sa’id, dari Abi Bakar bin Muhammad, dari Abi Salamah, dari Abi Hurairah,
beliau berkata: rasulullah saw bersabda:« ketika seorang hakim(orang yang bijak
bersungguh-sungguh dalam memahami alquran) kemudian dia benar, maka dia
mendapatkan dua pahala. Dan apabila dia sungguh-sungguh kemudian dia salah,
maka dia mendapatkan satu phala». Dua pahala bagi yang benar itu adalah pahala
kesungguhannya & pahala kebenarannya. Sedangkan satu pahala bagi yang salah
adalah pahala kesungguhannya saja.
Mengenai banyaknya perbedaan
pendapat ulama’ saya rasa sudah terwakili pada soal nomer satu bagian ahir. Silahkan
anda membacanya kembali.
Wallahu a’lam...
3-
Mengapa
para imam sering beda pendapat? Padahal beliau-beliau tahu bahwa kuncinya ada
pada alquran & alhadist.
Jawaban: jika anda tanya mengapa, maka jawabnya perbedaan pendapat
tersebut memiliki beberapa faktor. Di antaranya: para imam meiliki cara
berfikir yang berbeda dalam memahami alquran, situasi kondisi & lingkungan
yang berbeda antara imam satu dengan imam yang lain, kapasitas keilmuan para
imam yang berbeda meskipun secara garis besar mereka sama-sama ahlilnya. Satu
contoh begini, ada seorang guru yang sedang mengajar berkata pada muridnya yang
nakal bernama Zaid, hai Zaid! Berdiri! Maka kata-kata pak guru ini memiliki
beberapa pemahaman yang mungkin tidak bisa kita salahkan:
1-
Zaid
harus berdiri dan tidak boleh duduk sebelum pak guru menyuruhnya duduk
sekalipun pelajaran sudah selesai & pak guru keluar dari ruang kelas. Karna
pak guru menyuruh berdiri tampa menyebutkan batas waktu.
2-
Zaid
harus berdiri dan diperbolehkan duduk jika pelajaran sudah selesai, meskipun pak guru tidak menyuruhnya
duduk. Karna begitulah yang sesuai dengan kebiasaan secara
umum.
3-
Zaid
harus berdiri dan boleh duduk setelahnya, meskipun berdirinya hanya sebentar
& tidak disuruh duduk oleh pak guru. Karna perintah dari pak guru intinya
adalah Zaid harus melakukan berdiri. Sedangkan dengan berdirinya Zaid meskipun
hanya sebentar berarti Zaid telah melakukan perintah tersebut.
Cobalah anda nilai sekarang, antara 3 pemahaman di atas manakah
pemahaman yang salah & apa alasanmu menyalahkan. Lalu sebutkan mana
pemahaman yang benar & sebutkanlah alasanmu membenarkan. Seperti perbedaan
pemahaman pada kata-kata pak guru diatas, begitulah sedikit gambaran ilustrasi
para imam mengalami perbedaan pemahaman & pendapat dalam memahami ayat
alquran & hadist yang sama.
Mengenai alquran & alhadist sebagai kunci
setiap permasalahan, para imam tahu akan itu. Bahkan kita yang bodoh juga tahu.
Namun justru dari ayat alquran & hadist yang bersifat umum & tidak
mengikat hingga ahirnya terjadi beberapa pemahaman(multi tafsir). Dari situlah
Allah mengajarkan kepada hambanya agar mau bertukar pendapat(bermusyawarah),
saling merhargai pendapat, bisa menerima perbedaan pendapat hingga perbedaan
prinsip, yang kesemuaannya sangat berguna dalam kehidupan bermasyarakat yang
majmu’ dan memiliki kultur budaya & cara pandang yang berbeda. Oleh karnanya
seperti yang tertulis dalam syarah shoheh buhoriy nabi bersabda:
شرح النووي على مسلم - (ج 6 / ص 27)
قَالَ الْخَطَّابِيُّ : وَقَدْ
رُوِيَ عَنْ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : "
اِخْتِلَاف أُمَّتِي رَحْمَة " فَاسْتَصْوَبَ عُمَر مَا قَالَهُ
Artinya:
Alkhotobiy(seorang ahli hadist) berkata: dan sungguh diriwayatkan dari nabi saw
sesungguhnya beliau bersabda: “perbedaan umatku(ulama’ mujtahid/imam) adalah
rahmat” dan Umar membenarkan penyampaian
tersebut.
Wallahu a’lam...