Senin, 09 Maret 2015

Air Mata Sahabat



Air Mata Sahabat

Di tepi kesedihan menyebar
Isak tangis mewarnai keadaan
Ucapan bela sungkawa menghadiri
Perpisahan terakhir untukmu…
Untukmu, kuteteskan air mata ini
Awal dari perpisahan kita
Kau meninggalkan kami
Tanpa mengucap sepatah katapun
Kau diam seribu bahasa
Kami bertanya, tak ada sahutan
Hanya terlihat dirimu berwajah pucat
Darahmu mengalir sedikit demi sedikit
Akhirnya kau kehabisan darah
Dirimu t`lah tak berdaya lagi
Tak ada keceriaan di wajahmu
Hati nuranimu t`lah meninggalkan dunia
Semangatmu yang membara t`lah tiada
Kecantikanmu yang memukau kini hilang
Senyummu kini t`lah lenyap
Seketika kau tak bergerak di dunia ini
Oh, sahabat…
Mengapa kau meninggalkan dunia
Dunia masih mencintaimu
Tapi Tuhan t`lah memanggilmu
Semoga kau bahagia disana..
Itulah tempat peristirahatan terakhirmu..
Tuhan, berikanlah dia tempat terindah
Agar kami dapat bernapas lega
Aku sedih bukan mainnya
Tanpamu,hidup tak berarti
Namun, kau s`lalu di hatiku
Selamat jalan,sahabat…untuk selamanya

Jumat, 24 Oktober 2014

MEMABACA AL-QUR’AN

MEMABACA AL-QUR’AN
Oleh: Nurul Asyhar
Pada dasarnya sangat dianjurkan bagi setiap muslim dan muslimah untuk  selalu menjaga dan memperbanyak dalam membaca Al-Qur’an. Kebiasaan para ulama’ salaf terdahulu sangatlah beragam, mereka memiliki kebiasaan berbeda dalam menghatamkan Al-Qur’an. Diceritakan oleh Imam Ibnu Abi Dawud bahwa sebagian ulama’ salaf mereka ada yang menghatamkan bacaan Al-Qur’an dua bulan sekali, sebagian lagi ada yang satu bulan satu kali, sebagian lagi ada yang sepuluh hari satu kali, ada yang delapan hari satu kali, ada yang tujuh hari satu kali, ada yang enam hari satu kali, ada yang lima hari satu kali, ada yang empat hari satu kali, ada yang tiga hari satu kali, ada yang dua hari satu kali, ada yang satu hari satu kali, ada yang satu hari dua kali hatam, ada yang satu hari tiga kali hatam, bahkan ada sebagian ulama’ yang mampu menghatamkan bacaan Al-Qur’an satu hari satu malam delapan kali hataman, empat kali hatam diwaktu malam, dan empat hatam kali diwaktu siang.
Termasuk yang punya kebiasaan satu hari satu kali hataman adalah: sahabat Ustman bin ‘affan, Tamim Ad-Dariy, Sa’id bin Jabir, Mujahid dan Imam Syafi’i rodhiyallahu ‘anhum. Sedangkan yang punya kebiasaan satu hari tiga kali hatam diantaranya adalah Salim bin ‘ithr, beliau adalah seorang hakim yang bertugas di Mesir dimasa pemerintahan sahabat Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. Berkata Syaikh Sholich Abu Abdir Rohman As-Sulamiy r.a: saya mendengar Syaikh Aba Ustman Al-Maghribiy berkata: Ibnul Katib r.a. adalah seorang ulama’ yang punya kebiasaan menghatamkan al-qur’an empat kali disiang hari dan empat kali dimalam hari. Dan inilah hataman al-qur’an terbanyak dalam satu hari satu malam yang kami dengar. Sedangkan ulama’ yang berkebiasaan menghatamkan Al-Qur’an satu jumu’ah(satu minggu) satu kali, maka banyak sekali.
Lalu kepada siapakah kita harus mengikuti? Jawabnya adalah, marilah kita koreksi diri kita sendiri-sendiri. sesugguhnya Allah telah menetapkan setiap manusia pada posisi yang tidak semuanya sama. Kata orang yang bijaksana:
لكل رجال مقام ولكل مقام رجال فاستقم حيث أقامك الله
“setiap laki-laki(manusia) memiliki posisi keahlian dan setiap posisi keahlian ditempati beberapa orang laki-laki(manusia), maka beristiqomahlah dimana tempat Allah telah memposisikan kamu”
Oleh karnanya para ulama’ tidak mengharuskan kita mengikuti kelompok tertentu, akan tetapi para ulama’ memberikan penafsilan sebagai berikut:
1-      Jika kamu adalah orang yang dianugrahi Allah kelebihan berupa kecerdasan dan pengetahuan yang luas dalam memahami ayat-ayat Al-Quran, maka sikap yang harus kamu ambil adalah berusaha mencurahkan kemampuan untuk memahami setiap ayat yang kamu baca hingga kamu mampu memahaminya dengan sempurna(yang penting faham yang kamu baca, bukan berapa banyak ayat yang kamu baca).
2-      Jika kamu tergolong orang yang diberi kesibukan oleh Allah seperti pendidik(penyebar ilmu agamanya Allah) atau menjadi pejabat yang harus mengurus fasilitas umumnya kaum muslimin(rakyat), maka bacalah Al-Qur’an semampu kamu jangan terlalu memperbnyak membaca Al-Qur’an hingga urusan kamu terbengkalai atau terlalu sedikit hingga kamu tergolong orang yang lupa. Karna sesungguhnya segala urusanmu(mendidik & melengkapi fasilitas umum) itu rujukannya adalah ayat-ayat Al-Qur’an.
3-      Jika kamu tidak tergolong kedua kelompok diatas, maka bacalah Al-Quran sebanyak mungkin kamu bisa namun tetap menjaga tartil, karna sesungguhnya setiap huruf dari Al-Qur’an yang kamu baca itu berpahalakan sepuluh kebaikan. Nabi pernah bersabda:
إن أصغر البيوت بيت ليس فيه من كتاب الله شيء فاقرؤوا القرآن فإنكم تؤجرون عليه بكل حرف عشر حسنات أما إني لا أقول آلم و لكني أقول ألف و لام و ميم.(رواه الحاكم)
Sesungguhnya serendah-rendahnya rumah adalah rumah yang tidak ada sedikitpun dari kitab Allah didalamnya. Maka bacalah Al-Quran, sesungguhnya kalian akan diberikan pahala atasnya pada tiap hurufnya sepuluh kebaikan. Aku tidak katakan آلم (adalah satu huruf), akan tetapi alifnya, lamnya, dan mimnya(adalah huruf tersendiri(. HR. Hakim.
Sebagian ulama’ justru memakruhkan jika manusia biasa seperti kita mampu menghatamkan bacaan Al-Qur’an dalam waktu kurang dari tiga hari. Karana disitu mengindikasikan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang dia baca, hanyalah dimulut saja, tampa berusaha mentadabbur(menghayati) atau membacanya sampai hati. Sebagaimana sabda Nabi:
لايفقه من قرأ القرأن في أقل من ثلاث. رواه أبو داود والترمذي والنسائي
Tidak akan bisa memahami, seseorang yang mampu menghatamkan bacaan Al-Qur’an lebih sedikit dari tiga hari. HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i.

Selanjutnya, lebih utama manakah antara membaca Al-Qur’an dengan memandang dan memegang mushaf atau membacanya dengan tidak memandang/memegangnya sama sekali? Beberapa ulama’ salaf sebagaimana Al-Qodhi Chusain, Imam Al-Ghozali serta masih banyak lagi lebih mengutamakan membaca Al-Qur’an dengan memandang dan memegang mushaf, karna melihat atau memandang mushaf saja itu sudah merupakan ibadah tersendiri yang sangat dianjurkan. Imam Al-Ghozali dalam kitab ikhya’nya menceritakan bahwa mayoritas sahabat membaca Al-Qur’an dari catatan-catatannya(mushaf) dan tidak terlewatkan satu haripun beliau-beliau tanpa memandangnya. Namun  begitu jika seseorang justru mampu lebih khusyu’, mampu lebih menghayati, jika dia melantunkan(membaca) ayat-ayat Al-Qur’an dengan tanpa melihat atau memegang mushaf, maka baginya lebih dianjurkan melantunkannya tanpa memandang dan memegang mushaf. Wallahu a’lam...

Sabtu, 26 April 2014

KAJIAN TENTANG RUH

KAJIAN TENTANG RUH
Oleh: Nurul Asyhar.

لَمَّا سَأَلَتِ الْيَهُودُ النَّبِيَّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- عَنْهُ أَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى جَوَابَهُمْ {ويسألونك عن الروح قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا} [الْإِسْرَاءِ: 85]
Ketika orang yahudi bertanya kepada Rosulullah tentang hakikatnya ruh(nyawa) maka Allah langsung menurunkan firmannya sebagai jawaban atas pertanyaan mereka {dan mereka orang yahudi bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah Muhammad, ruh(tentang pengetahuannya) adalah urusan tuhan, dan kalian manusia tidak diberikan ilmu kecuali sedikit saja}[QS.Al-Isro’:58] ayat ini menengaskan kepada kita untuk tidak perlu terlalu berlebihan dalam memahami hakikat ruh, kuwajiban kita yang terpenting adalah mengimani bahwa ruh itu ada.
{اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إن في ذلك لأيات لقوم يتفكرون} [الزُّمَرِ: 42]
{Allah memegang jiwa(nyawa/ruh) manusia ketika matinya dan memegang jiwa manusia yang belum mati ketika tidurnya, kemudian Allah tahan jiwa mereka yang telah ditetapkan kematiannya dan melepaskan jiwa yang lainnya sampai batas waktu yang ditentukan(ajal). Sesungguhnya didalam semua itu ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang mau berfikir}[QS.Az-Zumar:42] Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa ruh manusia setelah matinya ada dalam penahanan Allah SWT.
Namun bukan berarti penahan yang dimahsud adalah layaknya seorang koruptor yang ditahan oleh KPK hingga dia tidak bisa kemana-mana. Sekali lagi kita tidak pernah tahu bagaimana sistem penahanan yang dilakukan oleh Allah dan kita juga tidak pernah tahu ada berapa tempat penahan ruh yang dimiliki oleh Allah, marilah kita renungkan kembali ayat [QS.Al-Isro’:58] yang menejelaskan bahwa kita tidak diberikan pengetahuan kecuali sedikit saja.
Para ulama’ berusaha menjelaskan dalam kitab-kitab mereka tentang keadaan ruh/nyawa setelah lepas dari raganya, namun ini hanyalah sebatas ijtihad(pencurahan pemahaman) yang dilakukan oleh mereka setelah menganalisis ayat-ayat al-Quran dan hadist-hadist nabi yang ada. Diantaranya:
وَأَنَّهَا بَعْدَ مُفَارَقَتِهَا الْجَسَدَ إِمَّا أَنْ تَنْعَمَ أَوْ تُعَذَّبَ, وَإِمَّا أَنْ تُفْتَحَ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ حَتَّى يَنْتَهِيَ بِهَا إِلَى اللَّهِ أَوْ تُغْلَقَ دُونَهَا فَيَذْهَبُ بِهَا إِلَى سِجِّينٍ وَالْعِيَاذُ بِاللَّه(معارج القبول بشرح سلم الوصول-759)
Dan sesungguhnya nyawa setelah berpisah dari raganya ada kalanya mendapatkan kenikmatan dan adakalanya mendapatkan siksaan, adakalanya nyawa itu dibukakan untuknya pintu-pintu langit dan malaikat membawanya sampai dia disisi Allah(untuk yang mendapatkan ni’mat), dan ada kalanya ditutup untuknya pintu-pintu langit maka malaikat membawanya ke penjara yang amat kejam dan kekal(untuk yang mendapatkan siksaan). Dan kita berlindug kepada Allah darinya.(Ma’arijul Qobul bi-Syarkhi Sullamil Wushul. Hal:759)
Dalam kitab yang lain:
وَقَدِ اخْتُلِفَ في مُسْتَقَرِّ الْأَرْوَاحِ مَا بَيْنَ الْمَوْتِ إلى قِيَامِ السَّاعَة فَقِيلَ: أَرْوَاحُ الْمُؤْمِنِينَ في الْجَنَّة، وَأَرْوَاحُ الْكَافِرِينَ في النَّارِ وَقِيلَ: إِنَّ أَرْوَاحَ الْمُؤْمِنِينَ بِفِنَاءِ الْجَنَّة على بَابِهَا، يَأْتِيهِمْ مِنْ رَوْحِهَا وَنَعِيمِهَا وَرِزْقِهَا وَقِيلَ: على أَفْنِيَة قُبُورِهِمْ وَقَالَ مَالِكٌ: بَلَغَنِي أَنَّ الرُّوحَ مُرْسَلَة، تَذْهَبُ حَيْثُ شَاءَتْ وَقَالَتْ طَائِفَة: بَلْ أَرْوَاحُ الْمُؤْمِنِينَ عِنْدَ الله عَزَّ وَجَلَّ، وَلَمْ يَزِيدُوا على ذَلِكَ وَقِيلَ: إِنَّ أَرْوَاحَ الْمُؤْمِنِينَ بِالْجَابِيَة مِنْ دِمَشْقَ، وَأَرْوَاحَ الْكَافِرِينَ بِبَرَهُوتَ بِئْرٍ بِحَضْرَمَوْتَ وَقَالَ كَعْبٌ: أَرْوَاحُ الْمُؤْمِنِينَ في عِلِّيِّينَ في السَّمَاءِ السَّابِعَة، وَأَرْوَاحُ الْكَافِرِينَ في سِجِّينَ في الْأَرْضِ السَّابِعَة وَقِيلَ: أَرْوَاحُ الْمُؤْمِنِينَ عَنْ يَمِينِ آدَمَ، وَأَرْوَاحُ الْكُفَّارِ عَنْ شِمَالِه قَالَ ابْنُ حَزْمٍ وغيره: مُسْتَقَرُّهَا حَيْثُ كَانَتْ قَبْلَ خَلْقِ أَجْسَادِهَا وَقَالَ أَبُو عُمَرَ بْنُ عَبْدِ الْبَرِّ: أَرْوَاحُ الشُّهَدَاءِ في الْجَنَّة، وَأَرْوَاحُ عَامَّة الْمُؤْمِنِينَ على أَفْنِيَة قُبُورِهِمْ(شرح الطحاوية- 1 / 398)
Dan sungguh telah terjadi perbedaan pendapat dalam masalah menetapnya arwah setelah kematian sampai terjadinya hari qiyamat. Maka ada yang mengatakan bahwa arwahnya orang-orang beriman itu berada dalam syurga, sedangkan arwahnya orang-orang kafir itu berada dalam neraka. Ada yang mengatakan arwahnya orang-orang beriman itu berada dihalaman dekat pintu syurga, yang dia mendapatkan kenyamanannya syurga, kenikmatannya, juga rizqi-rizqinya syurga. Ada yang mengatakan arwah orang-orang beriman itu ada diruangan kubur mereka. Imam malik berkata: telah sampai kepadaku sebuah hadist yang menerangkan bahwa sesungguhnya ruh/nyawa orang beriman itu dibebaskan(setelah lepas dari raga) dia bisa pergi kemanapun yang dia kehendaki. Sebagian ulama’ mengatakan: akan tetapi yang benar adalah arwahnya orang-orang beriman itu berada disisi Allah dan tidak lebih dari itu. Ada yang mengatakan sesungguhnya arwahnya orang-orang beriman itu berada di jabiyat sebuah kolam besar yang ada dinegara damaskus(syiria), sedangkatkan arwahnya orang-orang kafir berada di barahut(sebuah sumur gelap yang ada di hadromaut(yaman). Sahabat Ka’ab berkata: arwahnya orang-orang beriman itu ada di illiyyin(sebuah tempat tinggi yang sangat indah dan penuh kenikmatan) yang berada dilangit yang ketujuh, sedangkan arwahnya orang-orang kafir berada di sijjin(sebuah penjara yang sangat keras dan kekal) yang berada dilapisan bumi yang ketujuh. Ada yang mengatakan arwahnya orang-orang beriman dibariskan disebelah kanannya nabi Adam, sedangkan arwahnya orang-orang kafir dibariskan disebelah kirinya nabi Adam. Berkata Imam Ibnu Chazm juga lainnya: tempat menetapnya ruh/nyawa adalah dia kembali ketempat semula sebelum dia lahir bersama jasad. Berkata Abu Umar ibnu Abdil Barri: arwahnya orang-orang yang mati syahid itu berada dalam syurga, arwahnya orang-orang yang beriman(tapi tidak mati syahid) itu berada diruangan kubur mereka.(Syarkh At-Thochawiyah, Juz:1, Hal:398).
Beberapa hadist yang juga menjelaskan tentang ruh adalah sebagaimana berikut:
عن النبي صلعم أنها إذا قُبضت قبضها ملك الموت وعنده الملائكة المساعدون له الذين نزلوا من السماء إذا كانت الروح صالحة وأسأل الله لي ولكم أن يجعل أرواحنا صالحة فإن معهم كَفَناً من الجنة وحَنوطاً من الجنة فلا يدعونها في يده طرفة عين حتى يضعوها في هذا الكفن وهذا الحنوط ثم يصعدون بها إلى السماء ويشيِّعها من كل سماءٍ مُقَرَّبوها إلى السماء التي فوقها ويقال ما هذه الروح الطيبة ؟ فيقول الملائكة : هذه روح فلان بن فلان بأطيب ما يُسمى به في الدنيا حتى تصل إلى خالقها عز وجل ثم يقول سبحانه وتعالى : ردوه إلى الأرض فإني منها خلقته وفيها أعيده ومنها أخرجه تارةً أخرى فتُعاد روحه في جسده حتى يأتيه الملكان ويسألاه ثم بعد تذهب ذلك إلى الجنة(شرح العقيدة السفارينية- 1 / 351)
Dari nabi SAW, sesungguhnya nyawa ketika dicabut maka dia digenggam oleh malaikat kematian(Izro;il) yang bersamanya beberapa malaikat yang membantu. Mereka turun dari langit. Ketika ruh itu baik (saya meminta pada Allah semoga ruhku dan kalian umatku baik semua, Amin...) maka bersama mereka kafan dan bahan pengawet dari syurga, mereka tidak melepas ruh itu walaupun hanya sekejap mata hingga mereka menaruh ruh tersebut kedalam kafan dan (mengolesi) pengawet yang mereka bawa. Kemudian mereka membawanya naik kelangit. Setiap penghuni langit mengumumkan kepada penghuni langit ditingkat selanjutnya tentang kedatangannya. Mereka bertanya: ruh apakah ini begitu harumnya? Malaikat yang membawa menjawab: ini ruhnya sifulan bin fulan yang lebih harum daripada sebelumnya ketika masih didunia. Ketika ruh itu menghadap kepada Allah, maka Allah berfirman kepada para malaikatnya, kembalikan ruh ini kebumi, sesungguhnya dari bumi aku menciptakannya, dalam bumi aku mengembalikannya, dan dari bumi aku akan mengeluarkannya kembali. Maka dikembalikanlah ruh itu keraganya hingga datanglah dua malaikat(Munkar-Nakir) yang bertugas menanyainya. Kemudian setelah selesai ditanya, berangkatlah ruh itu meuju syurga.(Syarkh Al-‘aqidah As-Safariniyah, Juz:1 Hal:351)
عن انس ، عن ابى طلحة : ان رسول الله صلى الله عليه وسلم ، نادى فى اربعة وعشرين يوم بدر فى طوى من اطواء بدر : « يا ابا جهل بن هشام يا امية بن خلق يا عبتة بن ربيعة اليس وجدتم ما وعدكم ربكم حقا فانى قد وجدت ما وعد ربى حقا » فقال عمر رضى الله عنه : يا رسول الله تكلم اجساداً بلا روح لها؟ فقال صلى الله عليه وسلم : « والذى نفس محمد بيده ما انتم باسمع لما اقول منهم » زاد مسلم فى رواية عن انس : « ولكنهم لا يقدرون ان يجيبوا »متفق عليه
Dari sahabat Anas dari Abi Tholchah: sesungguhnya Rosulullah SAW memanggil-manggil 24 orang kafir yang meninggal diperang badar disebuah lembah dari beberapa lembah yang ada dilokasi badar: <<wahai Abu Jahal bin Hisyam, wahai Umayyah bin Kholaq, wahai ‘Utbah bin Robi’ah dst... tidakkah kalian telah menjumpai apa yang telah dijanjikan tuhan kalian itu adalah benar? Sesungguhnya aku telah menemukan apa yang dijanjikan tuhanku adalah benar>>. Kemudian berkatalah sahabat Umar r.a.: wahai Rosulullah, engkau berbicara dengan jasad-jasad yang tidak bernyawa? Lalu bersabdalah Rosulullah SAW: <<demi dzat yang nyawa Muhammad ada pada kekuasaannya, tidaklah kalian lebih mendengar dengan apa yang aku katakan dibanding dengan mereka>>. Imam Muslim memberikan tambahan hadist lewat sebuah riwayat dari sahabat Anas: <<akan tetapi mereka tidak mampu menjawab(seperti jawaban kalian)>>. Muttafaqun ‘alaihi.
« يسمع الميت قرع نعال اصحابه اذا دفنوه وانصرفوا عنه »متفق عليه
<<Mayyit itu bisa mendengar suara sandal saudara-saudaranya ketika sedang menguburnya dan ketika pulang meninggalkannya>>. Muttafaqun ‘alaihi.
قال ابو هريرة : وقف رسول الله صلى الله عليه وسلم على مصعب ابن عمير ، وعلى اصحابه اذ رجع من احد ، فقال : « اشهدكم انهم احياء عند الله تعالى فزوروهم وسلموا عليهم فوالذى نفسى بيده لا يسلم عليهم أحد الا ردوا عليه الى يوم القيامة » رواه البيهقى والحاكم
Berkata Abu Hurairah: Rosulullah pernah berhenti didekat makam sahabat Mus’ab ibnu ‘Umair dan sahabat-sahabat yang lain ketika beliau kembali dari bukit uhud, kemudian beliau bersabda: <<aku saksikan kepada kalian semua, sesungguhnya mereka masih hidup disisi Allah, maka berziarahlah kepada mereka, ucapkan salam kesejahteraan atas mereka, demi dzat yang nyawaku ada pada kekuasaanya, tidak seorangpun memeberi salam atas mereka kecuali mereka akan menjawabnya sampai hari qiyamat>>. H.R. Baihaqi dan Hakim.
عن ابن عباس ، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما من احد يمر بقبر اخيه المؤمن كان يعرفه فى الدنيا يسلم عليه الا عرفه ورد عليه.رواه ابن عبد البر
Dari sahabat Ibnu ‘Abbas dari Rosulullah SAW: tidak seorangpun lewat disamping makam saudaranya yang beriman yang mereka saling mengenal didunia kemudian mengucapkan salam kesejahteraan atasnya kecuali simayyit akan mengenalinya dan menjawab salamnya. H,R. Ibnu Abdil Barri. Beberapa hadist diatas menjelaskan ternyata ruh juga tak jauh dari raga yang pernah menjadi tempat tinggalnya, hingga ruh tahu dengan apa yang kita kerjakan didekat makamnya. Atau bisa jadi ruh berada ditempat yang jauh sebagaimana disyurga, hanya saja mereka tetap mampu mendengar dengan salam yang kita ucapkan atasnya. Karna mungkin mereka tak terikat oleh ruang dan waktu. Marilah kita renungkan firman Allah kembali, bahwa kita hanya diberi pengetahuan tentangnya sedikit saja.
Demikianlah beberapa pendapat para ulama’ul muslimin maupun hadist-hadist nabi menanggapi tentang keberadaan ruh/nyawa setelah lepas dari raga. Lalu, bisakah arwah itu mengunjungi keluarganya yang ada dirumah? Saya rasa pendapat Imam Malik diatas cukup sebagai penjelasan. Bahkan dari sekian banyak pendapat juga hadist nabi yang ada, semua menyimpulkan arwahnya orang-orang yang beriaman berada dalam kenikmatan. Itu mengindikasikan bahwa arwahnya orang mu’min bisa bebas mengunjungi keluarga-keluarganya yang masih hidup karna mereka bukan tahanan, hanya saja mereka memiliki tempat menetap(sebagaimana pendapat para ulama’ dan keterangan hadist-hadist diatas) sebagaimana kita punya rumah sebagai tempat tinggal.
Adapun yang bergentayangan seperti yang kita saksikan dalam beberapa contoh di film horor, maka itu adalah makayidus syaithon(rekayasa setan, jin, atau iblis). Karna ruh yang baik akan tetap baik hingga menuju syurga, mereka berada dalam kenikmatan, sangat tidak logis sekali kalau dia malah mengganggu orang yang masih hidup. Sedangkan ruh yang jahat sebagaimana ruhnya orang kafir, mereka sudah ditahan berada dalam penjara siksaan. Adapun refrensi tentang ini ada dikitab Fatawi Syaikh Isma’il Zain, kami tidak bisa menampilkannya karna kitab tersebut ada dirumah dan tidak kami bawa.
Mengenai jasad yang digunakan, itu jelas bukan jasad aslinya. Karna jasad aslinya berada didalam tanah dan akan membusuk sebagai proses kembali ketanah setelah sebelumnya diciptakan Allah dari tanah.
قال الربيع بن خثيم أكثروا ذكر هذا الموت فإنكم لم تذوقوا قبله مثله فإن جسده إذا فارقته الروح صار جيفة مستقذرة يأكله الهوام و يبليه التراب حتى يعود ترابا (لطائف المعارف - 1 /108 )
Berkata Ar-Robi’ bin Khostim: perbanyaklah mengingat mati, maka sesungguhnya kalian belum pernah merasakan sakit sebelumnya sebagaimana sakitnya kematian. Sesungguhnya jasad ketika berpisah dengan ruh, dia akan menjadi bangkai menjijikkan yang dimakan oleh binatang-binatang tanah dan dia akan hancur oleh tanah sehingga dia menjadi tanah.(Lathoiful Ma’arif, Juz:1 Hal:108)